Kamis, 24 April 2014

5 Sahabat part 7

“mobil itu adalah... mobil bernomer polisi B C23 AB”. Polisi
“(kaget) apa jadi mobil itu kan punya kami. Engga mungkin pa, ini pasti salah lagi pula kejadian itu udah lama banget pa, engga mungkin bisa terungkap sekarang ini”. Safri
“memang kecelakaan itu sudah lama terjadi, tetapi salah satu sumber mengatakan seperti itu. Maka dari itu kami memberi tau kepada mas Safri apa yang sebenarnya terjadi. Dan dari fakta tesebut, kami putuskan bahwa tidak sepenuhnya kecelakaan ini disebabkan oleh pa Ardi”. Polisi
“terus maksud pa polisi bokap saya harus dipenjara gitu, pa polisi kan tau bokap saya meninggal akibat kecelakaan itu dan sekarang pa polisi menuntut alm. bokap saya untuk dihukum gitu?”. Safri
“ mas Safri tenang dulu, kita bisa bicarakan kasus ini dengan kepala dingin. Bukan maksud kami seperti itu, sesuai dengan peraturan di negara ini, tersangka mendapatkan keringanan dari hukuman yang dijalaninya sekarang”. Polisi
‘tapi pa, om Ardi jelas-jelas salah, masih ajah dibenarkan. Sudah lah pa polisi langsung to the poin ajah”. Safri
“jadi intinya masa hukuman pa Ardi yang tadinya kurungan selama lima tahun penjara, dan dalam dua bulan masa hukumannya sudah berakhir, namun tetap pa Ardi menjadi tahanan luar”. Polisi
“ya tapi pa engga bisa gitu juga kan, kalau salah ya salah masa dibenarkan kaya gitu”. Safri
“kami mengerti maksud dari mas Ardi, tapi sekali lagi sesuai dengan peraturan hukum di negara kita yang harus sepert itu.” Polisi
“ok, kalau itu yang sebenarnya terjadi. Apa itu artinya besok pa Ardi sudah bebas dari masa hukuman?”. Safri
“ya benar. Karena semuanya sudah dibicarakan, kami pamit dulu, ya makasih atas waktunya mas Safri”. Polisi
“iya pa sama-sama”. Safri
                Setelah pulang sekolah, Harris langsung pergi ke kantor polisi untuk menjemput bokapnya yang hari ini bebas dari masa hukumannya. Setibanya disana Harris senang sekali melihat bokapnya yang mulai hari ini bisa menghirup udara segar kembali.
“Harris seneng banget ngliat ayah bebas dari penjara, rasanya ini semua seperti mimpi”. Harris
“iyah ayah juga, ayah seneng banget bisa melihat kamu lagi”. Ayah Harris
“ayo kita pulang dan kita berikan kejutan kepada mamah siapa yang datang”. Harris
Malam harinya Harris mendapatkan pesan dari Ricki untuk membicarakan sesuatu yang penting setelah pulang sekolah, begitu juga dengan Safri yang mendapatkan pesan dari Ricki untuk membicarakan sesuatu yang penting esok hari. Setelah jam sekolah selesai, Harris langsung menuju tempat yang sudah direncanakan oleh Ricki. Ketika Harris sampai ditempat yang sudah ditentukan, ia heran kenapa ada Safri di tempat tersebut, begitu juga dengan Safri, ia juga kaget kenapa bisa ada Harris disini. tiba-tiba lampu mati, dan muncul vidio yang sudah dipersiapkan oleh Ricki, vidio tersebut berisikan kenangan mereka berlima sewaktu mereka masih bersahabat, mereka berdua bingung kenapa tiba-tiba ada vidio seperti ini. Melihat vidio ketika mereka masih bersama, Harris mengingat ketika ia masih bersahabat dengan keempat sahabatnya terutama dengan Safri. Sama halnya dengan Safri, ia juga merasakan hal yang sama dengan Harris. Didalam hati mereka, dulu sebelum permusuhan ini terjadi kita berlima selalu bersama-sama, jalan bareng, makan bareng dan yang lainnya, semua kenangan itu tersa indah. Tetapi setelah permusuhan ini terjadi semuanya hanya tinggal kenangan semata, kita hanya bisa sendiri-sendiri.
“dulu indah yah, makan bareng, jalan bareng, semuanya selalu bersama-sama”. Harris
“iyah loe bener, semuanya terasa indah. Tapi kini hanya tinggal kenangan dan semuanya itu tidak akan pernah terjadi lagi”. Safri
“mungkin engga suatu hari kita berlima bersama lagi, sama seperti vidio itu”. Harris
“kenapa loe bertanya seperti itu, loe ingin kita berlima seperti dulu lagi gitu?”. Safri
“(menganggukan kepala)”. Harris
“didalam hati Safri, sebenarnya kalau boleh jujur gue juga ingin kita berlima kaya dulu lagi sama seperti di vidio itu, tapi apa iya gue harus minta maaf ke Harris”. Safri
Safri mengingat kata-kata dari seseorang yaitu, “orang  yang meninggalkan teman itu derajatnya lebih rendah dari sampah”. Safri berfikir, apa ia termasuk orang yang seperti itu, orang yang meninggalkan teman. Kalau benar, berarti ia termasuk lebih rendah dari sampah, apa gue termasuk orang yang seperti itu? Safri terdiam. Setelah vidio selesai diputar, Harris dan Safri ingin menanyakan sesuatu.
“ada yang ingin gue bicarakan ke loe nih”. Harris dan Safri
“loe duluan”. Safri
“engga, loe ajah yang duluan”. Harris
“mungkin apa yang dikatakan loe tadi itu benar, ketika melihat vidio tentang kita berlima tadi, gue.. hati gue tersentuh agar kita bisa bersama lagi”. Safri
“jadi, maksud loeh?”. Harris
“gue... gue...”. safri
Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar