Maaf nih udah lama ngga nulis-nulis
lagi di blog, hehe maklum sekarang aku bukan anak sekolah lagi yang mungkin
masih punya waktu untuk nulis di blog. Kali ini aku akan menceritakan
pengalaman ku setelah aku menyelesaikan pendidikan tingkat S3 ku, buset dah S3,
S1 ajah belum amin lah kalau sampai S3, maksud aku tingkat SMA. Jujur sebenarnya
aku asih ngga percaya kalau aku sudah lulus SMA tepatnya SMK. Padahal aku masih
ingin menikmati masa-masa putih abu-abu yang kata orang adalah masa-masa yang
paling dalam hidup, masa dimana kita merasakan indahnnya persahabatan dan
kebersamaan, yah itulah SMA, masa remaja yang sedang mencari jati diri utuk
menuju kedewasaan.
Ok kembali ke pokok permasalahan,
tak perlu panjang lebar lagi. Kali ini aku akan berbagi cerita pengalamanku
dalam mencar duit, yang ijo-ijo gitu. Alhamdulillah aku pancarkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena setelah sekian lama aku mencari pekerjaan sampai ke ujung
samudra akihrnya aku mendapatkan dan ketrima juga. Awalnya aku Cuma iseng-iseng
mencoba nglamar ke loker tersebut, sebelum aku mencari pekerjaaan ke luar kota
nan jauh disana. Setelah aku mengikuti test dan interview di PT tersebut, tak
ku sangka aku lolos dan berhak untuk mengikuti ke tahap selanjutnya yaitu
training (buka celana panjang). Padahal selama ini aku sudah mengikuti berbagai
seleksi di berbagai PT untuk ditempatkan di luar kita sana, eh dapatnya malah
di dalam kota sendiri. Sebenarnya aku juga sudah berniat untuk beberapa waktu
kedepan aku bekerja di daerahku dulu baru aku ke daerah orang, dan ternyata itu
terkabul, ngga nyangka banget sih.
Cerita belum selesai sampai disitu. Setelah
aku mengikuti training selama kurang lebih 10 hari, aku bersyukur untuk yang
kedua kalinya karena aku sudah benar-benar ditrima di PT tersebut. Namun ada
juga yang sedihnya nih, memang aku dapat pekerjaan di daerah kelahiranku, namun
aku dapat tempat tugasnya bukan di daerah kelahiranku melainkan didaerah
tetangga kelahiranku, ngga ngerti? Sama aku juga. Maksdunya aku ditempatkan di
luar kota tempat kelahiranku, namun masih berdekatan, ngga ngerti juga ya sudah
tutup ajah.
Untuk bisa sampai ke tempat kerja
ku, aku harus menempuh waktu kurang lebih 1 jam perjalanan itu pu naik
angukutan umum yang ada didaerahku, aku tidak di izinkan untuk membawa
kendaraan bermotor sama orang tua ku karena jaraknya terlalu jauh. Aku harus
berangkat minimal 1 jam lebih awal sebelum jam kerja dimulai, pastinya tidak
umum dari yang lain. Untungnya senior-senior disana menerimaku dengan baik,
mereka juga baik dan peduli denganku. Mereka menyuruhku untuk mengekost dekat
tempat kerja agar tidak buang-buang ongkos, waktu,tenaga, dan buang-buang yang
lainnya. Bukannya aku tidak mau untuk mengekost, aku masih ingin merasakan
kehangatan keluargaku yang baru saja berkumpul secara lengkap kembali. Aku tidak
mau menyia-nyiakannya, selama aku masih bisa pulang-pergi dan mampu kenapa
tidak. Ngomong-ngomong ongkos memang ongkos aku untuk sampai ke tempat kerja
lebih besar dari aku ke sekolah. Jika dihitung-hitung sekitang 10% pendapatanku
habis karena ongkos, tak apa lah aku juga masih mampu. Oh ya, pernah suatu
ketika aku dapat shift bekerja siang yang dimana pulangnya malam hari, ketika
aku sudah mendapatkan ELF (sebutan nama angkot didaerahku) eh ternyata sang
kondektur meminta jatah kembali ke aku, bukannya aku tidak mau, aku sudah kasih
setengah dari jatah biasa eh sang kondektur malah mengembalikan setengahnya dan
menurunkanku ditengah jalan, buset dah kejam amat tuh kondektur. Aku ngga tau
diturunkan dimana, karena itu daerah orang apalagi keadaannya tengah malam yang
sunyi dan hanya satu dua mobil/orang yang lewat. Didalam hati, aku sungguh sangat
dongkol dan kesal sekali sama kondektur itu, apa ia tidak punya perasaan
menurunkan anak orang tengah malam dijalanan yang sunyi, apa ia tidak merasakan
jika anaknya diperlakukan seperti itu, sungguh aku sangat kesal, dongkol sekali
waktu itu. Setelah kejadian itu, aku takut ketika sang kondektur meminta jatah
lagi apalagi sampai menurunkan ku ditengah jalan lagi. Mungkin itu salah satu
kendalanya orang pulang-pergi dan itu juga merupakan titik tidak enaknya aku
dalam bekerja dipekerjaan ini.
Makan waktu, jarak yang jauh, ongkos
yang double bagiku itu semua adalah rintangan selama aku bekerja disitu. Aku harus
melewatinya dan mengalahkannya itu semua juga kan demi kebaikanku, aku yakin
dibalik rintangan-rintangan tersebut pasti ada balasan yang lebih dari semua
rintangan itu. Namun aku juga manusia biasa, aku juga mempunyai keluhan, aku
ingin cepat-ceat dipindahkan tempat kerjanya yang tidak jauh dari rumahku,
bukannya aku tidak suka bekerja disitu, atau dengan senior-seniornya, tetapi
tempat kerjanya terlalu jauh dari rumahku, sekali lagi aku juga manusia biasa.
Yang terpenting aku bersyukur bisa
dapat pekerjaan, masih banyak teman seperjuanganku yang masih belum dapat
pekerjaan juga. Aku mendoakan mereka agar mereka cepat dapat pekerjaan, agar
kita bisa sukses bersama-sama. Dan aku percaya dibalik rintanganku dalam
pekerjaan ini pasti ada hikmah yang sangat nikmat sebelum aku merasakan
kesuksesan yang akan datang. Akan ku jadikan pekerjaan ini adalah awal menuju
kesuksesanku. Aku percaya.