Jumat, 21 Agustus 2015

Maaf nih udah lama ngga nulis-nulis lagi di blog, hehe maklum sekarang aku bukan anak sekolah lagi yang mungkin masih punya waktu untuk nulis di blog. Kali ini aku akan menceritakan pengalaman ku setelah aku menyelesaikan pendidikan tingkat S3 ku, buset dah S3, S1 ajah belum amin lah kalau sampai S3, maksud aku tingkat SMA. Jujur sebenarnya aku asih ngga percaya kalau aku sudah lulus SMA tepatnya SMK. Padahal aku masih ingin menikmati masa-masa putih abu-abu yang kata orang adalah masa-masa yang paling dalam hidup, masa dimana kita merasakan indahnnya persahabatan dan kebersamaan, yah itulah SMA, masa remaja yang sedang mencari jati diri utuk menuju kedewasaan.

Ok kembali ke pokok permasalahan, tak perlu panjang lebar lagi. Kali ini aku akan berbagi cerita pengalamanku dalam mencar duit, yang ijo-ijo gitu. Alhamdulillah aku pancarkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena setelah sekian lama aku mencari pekerjaan sampai ke ujung samudra akihrnya aku mendapatkan dan ketrima juga. Awalnya aku Cuma iseng-iseng mencoba nglamar ke loker tersebut, sebelum aku mencari pekerjaaan ke luar kota nan jauh disana. Setelah aku mengikuti test dan interview di PT tersebut, tak ku sangka aku lolos dan berhak untuk mengikuti ke tahap selanjutnya yaitu training (buka celana panjang). Padahal selama ini aku sudah mengikuti berbagai seleksi di berbagai PT untuk ditempatkan di luar kita sana, eh dapatnya malah di dalam kota sendiri. Sebenarnya aku juga sudah berniat untuk beberapa waktu kedepan aku bekerja di daerahku dulu baru aku ke daerah orang, dan ternyata itu terkabul, ngga nyangka banget sih.

Cerita belum selesai sampai disitu. Setelah aku mengikuti training selama kurang lebih 10 hari, aku bersyukur untuk yang kedua kalinya karena aku sudah benar-benar ditrima di PT tersebut. Namun ada juga yang sedihnya nih, memang aku dapat pekerjaan di daerah kelahiranku, namun aku dapat tempat tugasnya bukan di daerah kelahiranku melainkan didaerah tetangga kelahiranku, ngga ngerti? Sama aku juga. Maksdunya aku ditempatkan di luar kota tempat kelahiranku, namun masih berdekatan, ngga ngerti juga ya sudah tutup ajah.

Untuk bisa sampai ke tempat kerja ku, aku harus menempuh waktu kurang lebih 1 jam perjalanan itu pu naik angukutan umum yang ada didaerahku, aku tidak di izinkan untuk membawa kendaraan bermotor sama orang tua ku karena jaraknya terlalu jauh. Aku harus berangkat minimal 1 jam lebih awal sebelum jam kerja dimulai, pastinya tidak umum dari yang lain. Untungnya senior-senior disana menerimaku dengan baik, mereka juga baik dan peduli denganku. Mereka menyuruhku untuk mengekost dekat tempat kerja agar tidak buang-buang ongkos, waktu,tenaga, dan buang-buang yang lainnya. Bukannya aku tidak mau untuk mengekost, aku masih ingin merasakan kehangatan keluargaku yang baru saja berkumpul secara lengkap kembali. Aku tidak mau menyia-nyiakannya, selama aku masih bisa pulang-pergi dan mampu kenapa tidak. Ngomong-ngomong ongkos memang ongkos aku untuk sampai ke tempat kerja lebih besar dari aku ke sekolah. Jika dihitung-hitung sekitang 10% pendapatanku habis karena ongkos, tak apa lah aku juga masih mampu. Oh ya, pernah suatu ketika aku dapat shift bekerja siang yang dimana pulangnya malam hari, ketika aku sudah mendapatkan ELF (sebutan nama angkot didaerahku) eh ternyata sang kondektur meminta jatah kembali ke aku, bukannya aku tidak mau, aku sudah kasih setengah dari jatah biasa eh sang kondektur malah mengembalikan setengahnya dan menurunkanku ditengah jalan, buset dah kejam amat tuh kondektur. Aku ngga tau diturunkan dimana, karena itu daerah orang apalagi keadaannya tengah malam yang sunyi dan hanya satu dua mobil/orang yang lewat. Didalam hati, aku sungguh sangat dongkol dan kesal sekali sama kondektur itu, apa ia tidak punya perasaan menurunkan anak orang tengah malam dijalanan yang sunyi, apa ia tidak merasakan jika anaknya diperlakukan seperti itu, sungguh aku sangat kesal, dongkol sekali waktu itu. Setelah kejadian itu, aku takut ketika sang kondektur meminta jatah lagi apalagi sampai menurunkan ku ditengah jalan lagi. Mungkin itu salah satu kendalanya orang pulang-pergi dan itu juga merupakan titik tidak enaknya aku dalam bekerja dipekerjaan ini.

Makan waktu, jarak yang jauh, ongkos yang double bagiku itu semua adalah rintangan selama aku bekerja disitu. Aku harus melewatinya dan mengalahkannya itu semua juga kan demi kebaikanku, aku yakin dibalik rintangan-rintangan tersebut pasti ada balasan yang lebih dari semua rintangan itu. Namun aku juga manusia biasa, aku juga mempunyai keluhan, aku ingin cepat-ceat dipindahkan tempat kerjanya yang tidak jauh dari rumahku, bukannya aku tidak suka bekerja disitu, atau dengan senior-seniornya, tetapi tempat kerjanya terlalu jauh dari rumahku, sekali lagi aku juga manusia biasa.


Yang terpenting aku bersyukur bisa dapat pekerjaan, masih banyak teman seperjuanganku yang masih belum dapat pekerjaan juga. Aku mendoakan mereka agar mereka cepat dapat pekerjaan, agar kita bisa sukses bersama-sama. Dan aku percaya dibalik rintanganku dalam pekerjaan ini pasti ada hikmah yang sangat nikmat sebelum aku merasakan kesuksesan yang akan datang. Akan ku jadikan pekerjaan ini adalah awal menuju kesuksesanku. Aku percaya.