Manager dan Tukang Siomay
contoh cerpen remaja
karya Muchammad Hamzah
Kring... kring... (suara telfon
bunyi)
“hallo dengan Teger Wijaya apa ada
yang bisa saya bantu?”. Pak Tegar
“iyak pak, ini saya Anita. Saya
mau mengingatkan kalau 10 menit lagi bapak ada meeting dengan client dari
Surabaya”. Anita (sekretaris Pak Tegar)
“iya baik saya segera
bersiap-siap”. Pak Tegar
10 menit kemudian Pak Tegar
langsung menemui client untuk membahas tentang kerjasamanya.
“terimakasih Pak atas
kerjasamanya, kami akann berusha semaksimal mungkin untuk proyek ini”. Pak
Tegar
“iyah sama-sama kami juga sangat
berterimakasih bisa bekerjasama dengan perusahaan anda. Kalau begitu kami
permisi”. Pak Cipto (client dari Surabaya)
Setelah melakukan meeting dengan
client Pak Tegar langsung mendapat telfon dari sekretarisnya. Kring... kring...
“iyah Anita?”. Pak Tegar
“pak saya hanya ingin mengingatkan
bahwa ada file-file yang harus ditandatangani oleh bapak. Apa bapak bisa datang
ke kantor sekarang juga?”. Anita
Tentu. Saya langsung ke kantor
sekarang juga”. Pak Tegar
“baiklah Pak. Kami akan menunggu
kedatangan bapak”. Anita
Pak Tegar langsung menuju kantor
untuk menandatangani file-file perusahaan
***
“ini pak file-file yang harus
ditandatangani oeh bapak”. Anita
“iyah terimakasih Anita. Taruh
sajah file-filenya disitu”. Pak Tegar
“baiklah Pak, kalau begitu saya
permisi”. Anita
“iyah silahkan”. Pak Teguh
Beginilah kalau kerja apalagi
menjadi seorang manajer perusahaan. Perkenalkan nama saya Tegar Wijayaseorang
menejer disalah satu perusahaan di Jakarta. Setiap harinya saya selalu disibukkan
dengan berbagai pekerjaan bahkan dalam 1 bulan setidaknya saya harus pergi ke
luar kota untuk melaksanakan tugas diluar Jakarta.
Kring...
“iyah Anita?”. Pak Tegar
“maaf Pak saya hanya ingin
mengingatkan kalau 10 menit lagi Pak Tegar harus memimpin meeting dengan client
dari restoran Kitchen Life”. Anita
“baiklah terimakasih Anita”. Pak
Tegar
“iyah Pak sama-sama”. Anita
***
Ketika
Pak Tegar sedang menuju tempat meeting. Tiba-tiba ditengah jalan tidak sengaja
ia menabrak tukang siomay hingga tukang siomay tersebut luka-luka.
“brengsek! Kenapa harus menabrak
orang segala? (keluar dari mobil) bapak kalau menyebrang liat-liat jalan
dong?”. Pak Tegar
“maafkan saya, saya tidak melihat
jalan”. Tukang Siomay
Tiba-tiba warga menghampiri
kecelakaan tersebut
“ wah mas tidak bisa begitu dong.
Bapak ini sampai berdarah seperti itu gara-gara mas. Tanggung jawab dong mas”.
Warga
“bukannya saya tidak mau
bertanggung jawab, namun sekarang saya ada meeting penting yang tidak bisa saya
tinggal”. Pak Tegar
“alah alasan sajah. Jangan begitu
dong mas”. Warga
“ok ok!( dengan nada kesal) saya
akan bertanggung jawab. Saya akan bawa bapak inike rumah sakit”. Pak Tegar
“nah begitu dong mas tanggung
jawab”. Warga
“tidak perlu bawa say ke rumah
sakit. Lebih baik saya dirumah saja”. Tukang Siomay
“tapi Pak, luka-luka ini perlu
perawatan khusus dari dokter”. Pak Tegar
“tidak perlu, biar istri saya yang
merawat luka-luka ini”. tukang Siomay
“ok!ok! saya akan bawa bapak ke
rumah bapak dan saya juga akan panggilkan dokter untuk mengobati luka bapak”.
Pak Tegar
“tapi bagaimana dengan gerobak
saya?”. Tukang Siomay
“biar anak buah saya yang akan
membawa gerobak bapak ke rumah bapak. Ayo Pak tolong angkatin bapak ini ke
mobil saya”. Pak Tegar
“iyah-iyah mas”. Warga
“makasih yah mas, kalau begitu
saya permisi dulu”. Pak Tegar
“iya-iya mas. Hati-hati mas”.
Warga
“Anita! Tolong cancel meeting saya
dengan client siang ini. saat ini saya ada urusan yang lebih besar dan
penting”. Pak Tegar
“tapi Pak kenapa mendadak seperti
ini?”. anita
“sudah yang penting kamu atur
kembali schedule meeting saya dengan client tapi tidak hari ini. terserah kamu
saja yang penting tidak hari ini”. pak Tegar
“baiklah Pak saya akan atur
kembali schedule bapak”. Anita
“ya sudah. Terimakasih Anita”. Pak
Tegar
“iyah pak sama-sama”. Anita
***
Setibanya di rumah tukang siomay,
aku terkejut melihat keadaan rumahnya, berada dipemukiman kumuh yang jauh dari
kota. Bernaung dibawah usia yang sudah dimakan usia, dindingnya pun bukan dari
tembok bata, melainkan dari geribig reyot yang sudah lapuk. Begitu juga dengan
kondisi atapnya, banyak yang retak dan rusak. Aku tidak bisa membayangkan
ketika hujan tiba, mungkin begitu dingin dan harus memikirkan percika air yang
masuk kedalam rumah, akibat banyak atap yang retak. Namun aku harus prihatin
dengan kondisi tukang siomay ini, toh aku kesini hanya untuk menolong dan
mengantarkannya pulang bukan untuk tinggal disini.
“ibu itu ada mobil, mobil siapa?”.
Anya (anak ke dua tukang siomay)
“mana ndo? (menghampiri Anya)”.
Ila (istri tukang siomay)
“itu bu (menunjuk mobil Pak
Tegar)”. Anya
“mengangkat dan menggendong tukang
siomay)”. Pak Tegar
“astaghfi rullahal ‘adzim bapak
(terkejut melihat suaminya luka-luka)”. Ila
“bapa... bapak... (sambil
menangis)”. Anya
“apa yag terjadi dengan suami
saya? Kenapa suami saya bisa luka-luka seperti ini?”. ila
“ceritanya panjang biar suami ibu
saya bawa masuk terlebih daahulu dan diperiksa oleh dokter”. Pak Tegar
“bapak bangun Pak”. Anya
Pak Endi (tukang siomay) diobati
dan diperiksa oleh dokter.
“dokter bagaimana dengan kondisi
suami saya?” ila
“suami ibu baik-baik saja, hanya
luka ringan mungkin dalam beberapa hari luka-lukanya akan sembuh. Kalau begitu
saya permisi dulu”. Dokter
“iyah dokter terimakasih atas
pertolongannya”. Pak Tegar
“mas, sebenarnya apa yang terjadi
dengan suami saya?”. Ila
“sebelumnya saya minta maaf kepada
ibu dan keluarga. Ketika saya berangkat ke restaurant untuk meeting, tiba-tiba
saya menabarak seorang tukang dan tukang
siomay itu adalah Pak Endi, suami ibu”. Pak Tegar
“astaghfirullah hal’adzim (sambil
meneteskan air mata)”. Ila
“maffkan saya, saya benar-benar
tidak sengaja menabrak suami ibu”. Pak Tegar
“ibu ini juga salah bapak, bapak
yang menyebrang jalan namun tidak melihat kiri-kanan”. Pak Endi
“lain kali bapak hati-hati. Ibu
tidak mau terjadi sesuatu yang lebih dari ini. ila
“bapak akan lebih hati-hati lagi
Bu”. Pak Endi
“bapak cepet sembuh yah”. Anya
“iyah nak, besok juga bapak pasti
akan sembuh”. Pak Endi
“assalamualaikum ibu...”. usman
(anak pertama Pak Endi)
“waalaikumsalam”.
“bapak (terkejut melihat bapaknya
yang luka-luka) bapak kenapa? Dan siapa bapak ini? apa jangan-jangan anda yang
menyebabkan bapak saya luka-luka seperti ini?”. usman
“nak sabar nak. Bapak ini yang
sudah menabrak bapak, tapi bapak ini bukan orang jahat”. Ila
“iya sayang, memang gara-gara om,
bapak kamu luka-luka seperti ini, tapi om tidak bermaksud menabrak bapak kamu.
Mau kah kamu memaafkan om?”. Pak Tegar
“iyah om, Usman maafin om ko”.
“makasih nak. Anak pintar”
Tiba-tiba petir menggelegar dan
hujan besar pun turun.
“berhubung diluar hujan, saya
permisi terlebih dahulu”. Pak Tegar
“tapi nak, diluar hujan besar”.
ila
“tidak apa-apa bu, lagi pula saya
bawa mobil”. Pak Tegar
“nak, meskpiun pakai mobil,
hujannya sangat besar, lebih baik nak Tegar disini terlebih dahulu hingga hujan
berhenti”. Pak Endi
(didalam hati Pak Tegar) ya ampun
apa yang tadi aku pikirkan benar-benar terjadi. Apa ia aku harus disini terus,
tapi jika aku pulang sekarang hujannya sangat besar banyak petir juga .
“baiklah saya disini dulu hingga
hujan berhenti”. Pak Tegar
“ia om lebih baik om disini saja
dulu sampai hujannya berhenti”. Anya
“Anya cepat ambil ember buat
menadahi kebocoran”. Ila
“baik bu”. Anya
***
“silahkan diminum”. Ila
“ibu tidak usah repot-repot”.
“tidak apa-apa lagi pula ibu juga
kebetulan masak singkong silahkan dicoba”
“perkenalkan nama saya Tegar
Wijaya”.
“ya ampun ibu sampai lupa, nama
Ibu Ila, suami ibu namanya Endi. Ini anak kedua ibu, Anya dan yang besar Usman.
Anya kenalan sama Pak Tegar”.
“Anya”.
“Tegar, panggil saja mas Tegar”.
“jadi nak Tegar ini seorang
manajer?”. Tanya Ila
“iyah bu. Kalau boleh tau apa
setiap kali hujan rumah ini selalu bocor. Maaf kalau saya lancang”.
“iyah tak apa. Wajar kalau nak
Tegar bertanya seperti itu. Beginilah kondisi keluarga kami yang jauh dari kata
sederhana”.
“pekerjaan ibu sendiri?”. Tanya
Tegar
“pekerjaan ibu hanya buruh cuci”.
“kenapa ibu dan bapak tidak
mencari pekerjaan yang lebih dari ini gitu?”.
“karena itu hidup om. Kadang diatas
kadang pula dibawah”.
“mungkin ini sudah menjadi takdir
keluarga kami, sebagai penjual siomay keliling”.
“tapi takdir bisa berubah”.
“memang benar takdir bisa berubah.
Yang harus nak Tegar tau, tujuan utama orang hidup di dunia ini adalah mencari
kebahagiaan”.
“kebahagiaan? Apa maksud dari
kebahagiaan itu?”. Tanya Tegar
“kebahagiaan dalam arti kata
bahagia dalam bentuk apapun meskipun hanya setinggi pohon tauge”. Jawab Ila
“tapi apakah ibu dan keluarga
sudah mendapatkan kebahagiaan tersebut?”.
“walaupun kehidupan kami serba kekurangan
begini, namun kami menikmatinya. Karena kami bisa berkumpul dengan keluarga
saja itu sudah bahagia”. Jawab Ila
Didalam hati Tegar “aku tersentuh
mendengar apa yang diucapkan ibu. Beliau masih bisa tersenyum meskipun keadaan
mereka kekurangan”.
“nak Tegar kenapa diam, apakah ada
yang difikirkan?”.
“tidak ko bu, tidak ada apa-apa”.
“lantas bagaimana dengan nak Tegar
sendiri?”.
“ibu, mas Tegar pastilah sudah
mendapatkan kebahagiaan”.
“hust tidak boleh bicara seperti
itu. Nak Tegar inget baik-baik yah pesan dari ibu, carilah kebahagian yang
sesungguhya yang tertanam didalam hati nak Tegar”.
***
Kata-kata dari apa yang dibilang
ibu Ila tadi membuat aku mengerti apa arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Dan
apakah aku telah mendapatkan kebahagian itu?
Tegar langsung mengambil foto ia
bersama kedua orang tuanya dan adiknya.
Pah, mah, dek bagaimana kabar
kalian? Tegar kangen kalian. Gara-gara Tegar terlalu sibuk dengan pekerjaan,
Tegar tidak bisa menengok kalian dikampung beberapa tahun terakhir ini. Tegar
janji, Tegar akan membahagiakan kalian semua. (meneteskan air mata).
Saat itu juga Tegar langsung pergi
menuju kampung halamannya di Semarang untuk menemui keluarganya.
***
Tin... tin... (suara mobil)
“ndo itu suara mobil siapa di
depan,coba kamu lihat!” Ratih (ibu Tegar)
“iyah mah (pergi ke teras untuk
melihat siapa yang datang) mamah, ka Tegar datang”. Anti
“Anti (memeluk Anti) kakak kangen
sekali sama kamu, kamu baik-baik saja kan?”. Tanya Tegar
“Anti juga kangen sama kak Tegar.
Anti baik ka (melepas pelukan Tegar). Kaka kenapa baru pulang sekrang? Mamah
sama bapak kangen sama kakak? Ayo kak masuk”.
Ratih pun menemui Tegar
“mamah (bersujud di kakinya) mah
maafin Tegar. Sudah lama Tegar tidak pulang menengok mamah. Tegar sangat
berdosa dengan mamah. Maafin Tegar mah”.
“bangun nak, sebelum kamu meminta
maaf sama mamah, mamah sudah memaafkan kamu kamu terlebih dahulu, bangun nak.
Sudah hapus air matamu. Pangeran mamah ko cengeng”.
“makasih mah (mencium pipinya).
Bapak mana mah?”.
“assalamualaikum”. Bari (ayah
Tegar)
“bapak... (memeluknya)”.
“Tegar, alhamdulillah ya Tuhan,
akhinya kamu kembali ke rumah ini”.
“iyah pak. Maafin Tegar selama ini
Tegar melupakan bapak dan kalian semua. Tegar banyak salah sama kalian. Maafin
tegar pah”.
“Tegar dengarin bapak, kamu tidak
perlu meminta maaf sama bapak dan kita semua. Bagi bapak kamu tidak salah ko,
kamu tetap akan menjadi pangeran di keluarga ini”.
“sudah-sudah, kamu pasti laparkan
kebetulan mamah masak makanan kesukaan kamu. Ayo kita semua makan sama-sama”.
***
Aku teringat akan kata-kata yang
disampaikan untukku agar aku sadar bahwa dunia bukanlah segalanya, kebahabagian
yang tulus yang bisa membuat kita bisa menjalani kerasnya hidup. Aku harus
berterima kasih kepada Pak Endi dan keluarga, karena berkat mereka mungkin
hingga detik ini aku belum bisa merasakan kebahagiaan seperti apa yang
kurasakan saat ini.
***
Setibanya dikediaman Pak Endi,
tidak ada siapapun didalamnya, hanya lampu teras yang masih menyala menerangi
jalan meskipun sang surya telah menerangi dunia.
“kenapa rumahnya sepi? Tidak ada
siapa-siapa lagi. Apa mereka pindah?”
Ibu-ibu datang menghampiri Tegar
untuk menanyakan untuk apa ia berada disini
“mas ada perlu apa yah sama rumah
ini?”. tanya ibu penasaran
“begini bu, saya mencari keluarga
Pak Endi, tapi kenapa rumahnya sepi”
“beberapa minggu yang lalu Pak
Endi beserta istri dan kedua anaknya pindah. Tapi ibu juga tidak tau kemana
mereka pindah”
“apa ibu tau alasan mengapa mereka
pindah?”
“itu juga saya kurang tau mas,
kalau mas sendiri ada hubungan apa dengan keluarga Pak Endi?”
“saya saudara jauhnya”
“ouh. kalau sudah tidak ada yang
tanyakan kalau begitu saya permisi dulu”
“ouh iya silahkan bu, makasih bu atas
waktunya”
Kenapa mereka pindah, padahal aku
belum sempat mengucapkan terimakasih pada mereka. Pak Endi, Ibu Ila, Anya,
Usman kalian dimana mas Tegar kangen kalian, mas Tegar tidak akan pernah lupa
akan kalimat-kalimat yang kalian ucapkan bahwa seseorang hidup di dunia bukan
untuk mencari kenikmatan dunia, namun kebahagian yang datang dari hati pun
harus dicari meski kecil dan sederhana tapi bernilai tinggi.
TAMAT
1 komentar:
The King Casino Online ᐈ Get 50% up to €/$100 + 50 Free Spins
Get 50% up to €/$100 septcasino + 50 나비효과 Free Spins · Visit the official site · Log in 토토 to your apr casino Casino Account · If you do not agree to https://jancasino.com/review/merit-casino/ the terms of the terms of the agreement,
Posting Komentar