Bukit Persahabatan
Cerita ini dimulai ketika kami telah
menyelesaikan ujian akhir semester yang akan menjadi ujian akhir semester kami
karena semester depan sudah tidak ada lagi ujian tersebut. Sepuluh hari kami
lalui untuk menyelesaikan ujian tersebut, kami juga harus merelakan waktu kami
untuk memahami materi demi materi yang sudah diajarkan oleh guru kami yang
hanya lebih kurang dua bulan kami menerimanya. Entah apakah dua bulan adalah
waktu yang cukup untuk memahami materi yang begitu menumpuk seperti gunung,
tetap mau tidak mau kami harus memahaminya. Setelah sepuluh hari kami melewati
panas, perih, pusing hingga otak mengebul, akhrinya ujian akhir semester selsai
juga.
Beberapa hari setelahnya aku
mempunyai rencana untuk membayar
perjuangan kami dalam ujian akhir semester, rencana yang akan menguji seberapa
besar kekompakan persahabatan kita. Dan setelah aku memberitahu rencana
tersebut kepada semuanya, cukup banyak yang merespon rencanaku ini, aku yakin
rencana ini akan berjalan dengan sukses. Namun apa sih sebenarnya recananya?
Adalah sebuah perjalanan sederhana, menusuri sebuah bukit yang akan menjadi
saksi seberapa besar persahabatan kita.
Matahari mulai menampakan diri dan
mulai melaksanakan tugasnya, hari yang cerah ini akan sangat bermakna dan
berkesan untuk aku dan kita semua. Setelah semuanya kumpul, kami berdoa semoga
perjalanan ini lancar, sukses dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Kami langsung menuju ke lokasi dangan menaiki angkutan umum, entah karena
saking asiknya kami mengobrol dimobil, kami kelewatan dengan lokasi tempat
turun kami yang jaraknya cukup jauh, alhasil kami harus berjalan kaki untuk
sampai di tempat tujuan.
Setelah sampai ditempat tujuan, kami
langsung bersiap-siap agar sampai ke bukit tujuan kami. Awal perjalanan, kami
melewati pemukiman penduduk setempat, setelah itu kami langsung melewati
persawahan yang cukup luas. Di awal perjalanan kami juga harus menaiki lahan
yang ditanami singkong, kacang dsb, awal yang melelahkan. Setelah sampai di
atas, kami terbayar akan pemandangan yang begitu luar biasa, melihat sebuah
perusahaan dari tempat yang tinggi semuanya terlihat sangat jelas. Namun
perjalanan kami belum berakhir sampai sini, ini masih awal untuk menuju bukit
yang akan kami tuju. Dari titik atas, kami harus turun untuk menuju jalan utama
ke bukit tersebut. Tidak mudah untuk kami turun, tanahnya penuh batu dan sangat
curam, jika sedikit saja kami tidak hati-hati maka akan langsung tergelincir
kebawah. Seperti aku, padahal aku sangat hati-hati menuruninya, bahkan aku
lebih memilih jongkok untuk turun, namun tetap aku tergelincir hingga sampai
bawah. Yang lainnya pun ada yang lebih memilih menuruninya dengan cara lari
dengan cepat, ada juga yang dari atas hingga bawah jongkok, perjuangan yang
penuh kerja keras.
Setelah semuanya turun kami langsung
berjalan menusuri jalan utama. Ditengah perjalanan kami terpisah, beberapa dari
kami yang berjalan dibarisan belakang menuju jalan yang salah, alhasih salah
satu dari kami harus menjemputnya. kami juga menelfonnya, namun karena sinyal
yang lemah, komunikasi ditelfon pun tidak jelas. Sambil menunggu teman kami
yang terpisah, kami beristirahat sejenak melepas penat. Ini belum setengah dari
perjalan kami menuju bukit, padahal tenaga kami sudah terkuras habis. Banyak
juga dari kami yang ingin mengakhiri perjalanan ini karena sudah tidak sanggup
berjalan. Aku tidak mau mereka berhenti sampai sini, ini masih awal masih
panjang perjalanan kita untuk sampai di bukit yang kita rencanakan. Aku meminta
kepada mereka agar tidak berhenti sampai sini, jika berhenti kasihan yang
sangat bersemangat untuk sampai puncak bukit yang mungkin ini adalah terakhir kalinya kita
semua kesini. Akhrinya mereka pun mau dan ingin melanjutkan perjalan ini hingga
puncak bukit.
Beberapa teman kami yang tadi
terpisah akhirnya bisa bertemu dangan kami lagi, mereka salah jalan hingga bisa
terpisah seperti ini. mereka langsung beristirahat dan memakan makanan yang
mereka bawa. Segera kami melanjutkan perjalanan, dan kali ini mereka yang tai salah jalan
memilih untuk berada dibarisan depan agar tidak salah jalan lagi. Diperjalanan
pun kami bersanda gurau dengan yang lainnya, tak lupa juga kami berfotoria
bahkan hingga setiap langkah. Rasa capek dan lelah perlahan hilang dengan kecerian
dan tawa dari bibir yang kami keluarkan, dengan seperti ini perjalanan jauh pun
tidak terasa.
Waktu menunjukan dua belas lebih,
artinya dzuhur pun tiba dan saat itu pun kami tiba di musholah di suatu desa.
Kami semua beristirahat meluruskan kaki dan melepaskan penat, air es pun
menemani istirahat ini yang kebetulan ada warung yang dekat dengan masjid
tersebut.ada juga yang membasuh tubuh mereka dikamar mandi musholah agar
terlihat lebih segar. Musholah yang kami singgahi ini menandakan kalau kita sudah
setengah perjalanan untuk mencapai puncak bukit yang kami rencanakan. Sebelum
melanjutkan perjalanan, kami melihat sebuah menara yang dari bawah terlihat
sangat kecil, disanalah tujuan utama kami. Sangat jau memang, tapi dengan nekad
dan semangat empat lima kami, kami yakin bisa sampai ke atas sana.
Kami segera melanjutkan perjalan
agar ketika sampai di puncak tidak terlalu sore. Dan ini lah perjalanan yang
sesungguhnya, menaiki sebuah bukit dengan bermodalkan tekad dan kebersamaan
yang kami punya. Kami tiba di warung ditengah-tengah bukit, kami berhenti
sejenak untuk beristirahat. Pada salah satu pohon terdapat papan yang
bertuliskan puncak cupang beberapa meter lagi, aku tidak ingat jelas berapa
tepatnya. Setelah semua selesai istirahat, kami segera melanjutkan perjalan
yang mana kali ini rutenya adalah menaiki anak tangga yang tidak tau seberapa
banyak anak tangganya. Desah nafas kami
semakin kencang dan tidak beraturan menandakan apakah kami sudah tidak kuat untuk
menaikinya, terkadang aku juga berhenti sejenak karena tidak kuat menaiki anak
tangga ini. ditengah perjalan menaiki anak tangga, kami bertemu dengan
anak-anak perempuan yang kalau dari penampilannya terlihat masih SMP, mulai deh
para cowo mengelarkan virus modusnya. Aku dan yang lainnya menghiraukan mereka
dan lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan.
Aku melihat kebelakang, hanya ada
aku dan dua teman lain dan satu orang berada didepanku, kemanakah yang lainnya?
Apakah mereka berhenti ditengah jalan? Jujur aku juga sudah tidak sanggup untuk
menaiki anak tangga tersebut, jikalau aku tidak ingin menjadi orang pertama
yang sampai di puncak bukit mungkin aku akan mengikuti seperti mereka yang
masih dibelakang. Nafasku dan kaki sudah taidak sanggup untuk melangkah,
pikiranku punsudah tidak sanggup, mungkin ini juga dirasakan oleh yang lain.
Dan pada akihrnya, setelah perjalan yang sangat panjang, panas, perih, capek,
lelah, sampailah pada anak tangga yang terakhir dengan rasa lelah yang
bercampur dengan senang. Sebelum aku sampai diatas, dua teman ku pun sudah tiba
terlelbih dahulu, setelah itu aku dan yang lainnya menyusul.
Lelah, capek, panas, perihh semuanya
terbayar ketika kami semua menginjakkan kaki di puncak bukit yang kami
rencanakan. Dari atas sini semua terlihat sangat jelas. Jika di musholah yang
tadi kami singgah untuk beristirahat melihat menara, maka dari atas sini kami
berdiri disebelah menara melihat
musholah tersebut. Pemandangan karya Tuhan Yang Maha Esa pun sangat luar biasa
dan sangat indah karena di depan mata kami melihat dua bukit yang berdekatan
yang sangat indah dan luar biasa, tempat awal yang tadi kami kelewatan pun
terliht dari atas sini. Terbayar sudah perjuangan kami agar bisa sampai diatas
sini dengan pemandangan yang sangat luar biasa dan udara yang masih segar yang jauh
dari asap kendaraan.
Akhirnya perjalanan kami agar bisa
sampai di bukit ini tercapai juga. Yang dimana, ketika di awal-awal perjalanan
ada yang tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan, dan ada juga yang
tersesat, namun semua itu terbayar sudah ketika kami sudah sampai di atas sini.
Karena persahabatan itu bukan dengan
harta ataupun materi melainkan dengan kebersamaan dan kekompakan kita untuk
mencapai satu tujuan seperti halnya perjalanan ini.
0 komentar:
Posting Komentar